Cerita hujan


Hujan.


💦💧 Aku selalu suka dengan hujan dalam kualitas sedang dan tidak membahayakan banyak orang atau kejadian. Setiap hujan yang turun adalah tetes sejuk bagi kepala yang enggan berhenti untuk berfikir. Setiap hujan yang turun menyisakan cerita juga luka.

Harapan agar muncul 7 warna melingkar setelahnya, sering aku ucapkan bersamaan dengan jeda hujan yang mulai memunculkan kembali sinar matahari.

💦💧 Kenangan demi kenangan tidak lagi aku ingat dengan pasti, kapan bahagianya bermain dibawah hujan dan kapan menangis tidak terlihat air mata seorang anak perempuan.

💦💧 Kala dulu, aku bersama teman-teman sengaja membentuk bendungan, menggali tanah sampai dalam hanya untuk "membuat sumur" dan bisa menampung air berserta celah celah kecil jalan air yang panjang. Setelah itu, perahu-perahu dilayarkan, agar semua harapan bisa ikut berlayar (kataya). Apa peduli tentang kotor, baju basah kuyup, ramput yang dihujani lumpur semua tidak ada keluh didalamnya. Hanya tertawa dan sesekali berlarian mengumpulkan air tadahan di tangan-tangan kecil. 

💦💧 Hari semakin berganti, masa pun sudah tidak seperti dulu lagi. Bermain bola bersama anak laki-laki di lapangan, hujan menambah keakraban dan permainan jadi semakin seru karena baju olahraga kotor yang ujungnya dipakai sampai pulang. Demi kebaikan bersama, sepatu dilepas, ditaruh dipinggiran agar tidak ikutan basah. Pulangnya aku dan teman-teman menenteng sepatu di kedua tangan atau kadang juga diikat ke tas. 

💦💧 Beruntungnya, sepatu selalu dinomorsatukan daripada seragam. Karena sepatu adalah sepasang yang gak boleh salah satunya berkurang. Lagian sepatu juga harganya mahal dibandingkan seragam pada masanya.

💦💧 Inget, kalau hujan selalu datang saat semua terasa melelahkan bagi para manusia penduduk bumi. Gak bisa bayangin, kalau suatu hari hujan tidak lagi turun, entah bagaimana aku bisa menggunakan payung dan mantel yang pernah aku beli (agar tidak terlipat terus di almari)

Posting Komentar

0 Komentar

Postingan Unggulan